Jumat, 13 April 2012

PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG PENDIDIKAN


  1. Pengalaman dan Pertumbuhan
Pemikiran John Dewey banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin (1809-1882) yang mengajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu proses, dimulai dari tingkatan terendah dan berkembang maju dan meningkat. Hidup tidak statis, melainkan bersifat dinamis. All is in the making, semuanya dalam perkembangan. Pandangan Dewey mencerminkan teori evolusi dan kepercayaannya pada kapasitas manusia dalam kemajuan moral dan lingkungan masyarakat, khusunya malalui pendidikan.
Pengalaman (experience) adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Filsafat instrumentalisme Dewey dibangun berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju pengalaman. Pandangan Dewey mengenai pendidikan tumbuh bersamaan dengan kerjanya di laboratorium sekolah untuk anak-anak di University of Chicago. Di lembaga ini, Dewey mencoba untuk mengupayakan sekolah sebagai miniatur komunitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman sebagai pijakan. Dengan model tersebut, siswa dapat melakukan sesuatu secara bersama-sama dan belajar untuk memantapkan kemampuannya dan keahliannya.
2.      Tujuan Pendidikan
Sains, menurutnya, tidak mesti diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna. Dewey demikian lekat dengan atribut learning by doing. Yang dimaksud di sini bukan berarti ia menyeru anti intelektual, tetapi untuk mengambil kelebihan fakta bahwa manusia harus aktif, penuh minat dan siap mengadakan eksplorasi.
Belajar haruslah dititiktekankan pada praktek dan trial and error. Akhirnya, pendidikan harus disusun kembali bukan hanya sebagai persiapan menuju kedewasaan, tetapi pendidikan sebagai kelanjutan pertumbuhan pikiran dan kelanjutan penerang hidup. Tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal.
Mengenai konsep demokrasi dalam pendidikan, Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar siswa harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa merasa haus akan pengetahuan. Dasar demokrasi adalah kepercayaan dalam kapasitasnya sebagai manusia. Yakni, kepercayaan dalam kecerdasan manusia dan dalam kekuatan kelompok serta pengalaman bekerja sama. Dasar demokrasi adalah kebebasan pilihan dalam perbuatan (serta pengalaman) yang sangat penting untuk menghasilkan kemerdekaan inteligent.
Di dalam filsafat John Dewey disebutkan adanya experimental continum atau rangkaian kesatuan pengalaman, yaitu proses pendidikan yang semula dari pengalaman menuju ide tentang kebiasaan (habit) dan diri (self) kepada hubungan antara pengetahuan dan kesadaran, dan kembali lagi ke pendidikan sebagai proses sosial.
3.      Teori Demokrasi dan Kepemimpinan Demokrasi
Menurut John Dewey (1935), demokrasi bukan hanya sekedar kebebasan dalam tindakan, namun terutama kebebasan kecerdasan (freedom of intelligence). Dewey mengatakan bahwa : unless freedom of action (is guided) by intelligence, its manifestation is almost sure to result in confusion and disorder (Dewey, 1935, dalam Wraga, 1998). Oleh karena itu komitmen demokrasi untuk membebasan kecerdasan lebih fundamental daripada kebebasan dalam bertindak.
Ciri dari suatu kelompok yang demokratis adalah adanya unsur-unsur popular sovereignty, freedom, equality, individualism dan social responsibility. (Wraga, 1998). Secara sederhana, popular sovereignty dapat diartikan memutuskan suatu permasalahan berdasarkan kesepakatan bersama antara anggota kelompok.
Dalam terminasi Dewey, freedom diartikan sebagai kebebasan dalam melakukan suatu tindakan, yang didasari oleh kebebasan dalam berpikir. Untuk dapat melakukan suatu tindakan seseorang harus memiliki kemampuan untuk berpikir dan berbicara secara bebas. Jadi kemampuan melakukan refleksi dan komunikasi merupakan prasyarat (prerequisite) untuk melakukan tindakan demokratis yang cerdas (Wraga,1998). Prinsip equality dalam sistem demokrasi menunjukkan bahwa setiap anggota kelompok adalah setara. Tidak ada anggota kelompok yang dapat mengklaim bahwa dirinya harus diperlakukan lebih istimewa dibandingkan anggota yang lain. Integritas dari setiap anggota sebagai individu yang bebas sangat dihargai. Setiap individu mempunyai hak untuk berpendapat dan bertindak tanpa intimidasi atau tekanan dari anggota yang lain.
4.      Pendidikan Demokrasi Dalam Rangka Integrasi Bangsa
John Dewey filosof pendidikan yang melihat hubungan yang begitu erat antara pendidikan dan demokrasi. pendidikan tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraan negara yang demokratis. Pendidikan demokrasi sebagai upaya sadar untuk membentuk kemampuan warga negara berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting.
Dengan tingginya partisipasi rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka dapat mendorong pada terwujudnya pemerintah yang transparans dan akuntabel. Pemerintah yang demikian merupakan pemerintah yang demokratis, dekat dengan rakyat sehingga menjadi perekat bangsa.
Sedangkan pentingnya pendidikan demokrasi antara lain dapat di lihat dari nilai – nilai yang terkandung di dalam demokrasi. Nilai-nilai demokrasi dipercaya akan membawa kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dalam semangat egalitarian dibandingkan dengan ideologi non-demokrasi.
Menurut  saya teori John Dewey telah diterapkan oleh sebagian besar sekolah, namun sekolah tidak sepenuhnya menerapkan teori John Dewey ini yang menggunakan konsep pendidikan demokrasi, kita lihat dari pandangan Dewey tentang pengetahuan tidak hanya didapat dari buku-buku sains melainkan pengetahuan bias didapatkan dari pengalaman hidup, menurut Dewey pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Dan pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang mencakup segala proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik.
Sedangkan dalam dalam sekolah ilmu pengetahuan banyak dicari dengan buku-buku sains yang dibantu dengan tenaga pendidik untuk memberikan ilmu dari buku tersebut sekaligus memberikan pengalaman hidup yang telah dialami sebagai bahan ajaran tambahan diluar KBM. Karena di sekolah bukan hanya belajar tapi kita juga mendapat pendidikan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dan mengenai konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Dewey bahwa dalam proses belajar siswa harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa merasa haus akan pengetahuan. Konsep ini sudah banyak di lakukan oleh sekolah-sekolah dan konsep ini menyempurnakan konsep Bloom yang membagi pendidikan menjadi tiga domain( kognitif, afektif, dan psikomotor). Dengan konsep ini pendidikan akan menjadi lebih baik, khususnya di Indonesia, karena seorang siswa juga berhak mengeluarkan pendapat apabila ia kurang sepaham dengan apa yang telah disampaikan oleh gurunya, selama argument yang dia berikan logis.

3 komentar:

  1. Catatan dan tulisan pendek ini sangat informatif dan sangatmembantu. Mrk akan lbh baik lagi kalah disertakan dengan sumber bacaan (reference) yg digunakan agar dpt lbh membantu pembaca mengembangkan hal yg ditulis. Bravo, keep continuing. Si@

    BalasHapus
  2. Catatan dan tulisan pendek ini sangat informatif dan sangatmembantu. Mrk akan lbh baik lagi kalah disertakan dengan sumber bacaan (reference) yg digunakan agar dpt lbh membantu pembaca mengembangkan hal yg ditulis. Bravo, keep continuing. Si@

    BalasHapus
  3. tulisan ilmiah ini sederhana tetapi berisi. Thank You sister. Mohon disertakan sumber bacaanya supaya membatu para pembaca untuk medalaminya lebih lanjut.

    BalasHapus