Kamis, 12 April 2012

analisis puisi A mustofa Bisri "Selamat Idul Fitri"



Selamat Idul Fitri

Selamat idul fitri, bumi
Maafkan kami
Selama ini
Tidak semesa-mena
Kami memperkosamu

Selamat idul fitri, langit
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak henti-hentinya
Kami mengelabukanmu

Selamat idul fitri, mentari
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak bosan-bosan
Kami mengaburkanmu

Selamat idul fitri, laut
Maafkanlah kami
Selama ini
Kami mengeruhkanmu

Selamat idul fitri, burung-burung
Maafkanlah kami
Selama ini
Memberangusmu

Selamat idul fitri, tetumbuhan
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak puas-puas
Kami menebasmu

Selamat idul fitri, para pemimpin
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak habis-habis
Kami membiarkanmu


Selamat idul fitri, rakyat
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak sudah-sudah
Kami mempergunakanmu.

A Mustofa Bisri dalam menulis sebuah puisi memiliki gaya sendiri dibandingkan dengan teman satu alirannya D Zawawi Imran, Taufik Ismail, dan Danarto, gaya penulisannya lebih apa adanya dan linear bahkan terkadang bisa terlihat lugu dan berubah menjadi ganas. Menjadi sangat mungkin, jika untuk mengulas antologi Gus Mus membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikannya. A Mustofa Bisri Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur. Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus ia adalah Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama.
Dia telah menulis belasan buku fiksi dan nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah, Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap budaya yang berkembang dalam masyarakat. Gus Mus adalah seorang kyai dengan kesimpulan sudut pandang manusia sehari-hari: kehidupan sekelilingnya, perjalanan hidupnya, ritual religiusnya dan sebagainya.Tidak jarang akan ditemukan romantisme religiusitas dalam puisinya.
Saya mencoba menganalisis dari bentuk dan struktur fisik puisi “Selamat Idul Fitri” dimulai dari perwajahan puisi (tipografi) didalam puisi ini digambarkan setiap satu larik tidak selalu mencerminkan suatu pernyataan namun setiap satu bait mempunyai suatu makna.
Selamat idul fitri, bumi
Maafkan kami                           larik atau baris
Selama ini                               Bait
Tidak semesa-mena
Kami memperkosamu
Diksi adalah pemilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Kata ditempatkan sebagai hal yang vital dalam sajak sebab melalui kata penyair mampu menyampaikan pikiran-pikiran dan perasaan atau momen puitiknya meskipun dengan ketidaklangsungan ekspresi dan bersifat arbitrer. Pemilihan kata juga berkaitan erat dengan makna, keselarasan bunyi dan urutan kata, puisi “Selamat Idul Fitri” karya A Mustofa Bisri seperti dibawah ini.
Selamat idul fitri, laut
Maafkanlah kami
Selama ini
Kami mengeruhkanmu

Selamat idul fitri, burung-burung
Maafkanlah kami
Selama ini
Memberangusmu
....................
 Mustofa Bisri menggambarkan kami lirik sebagai objek yang berbeda pada setiap baitnya, dan semua objeknya merasa bersalah. Dan saat puisi ini dibaca dapat membuat makna pada pembacanya bahwa rasa bersalah yang digambarkan dalam puisinya adalah rasa yang sungguh-sungguh dan teramat merasa bersalah.
Selamat idul fitri, para pemimpin
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak habis-habis
Kami membiarkanmu


Selamat idul fitri, rakyat
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak sudah-sudah
Kami mempergunakanmu.
...............................
Kutipan puisi diatas terlihat jelas A Mustofa Bisri juga sangat sadar dengan memberikan efek lebih tajam pada kritik sosial yang dikandungnya. Kami lirik berubah menjadi objek seorang rakyat yang meminta maaf pada pemimipinnya, namun kemudian dirubah pada bait selanjutnya kami lirik menjadi objek seorang pemimpin yang meminta maaf kepada rakyatnya. Ini merupakan suatu kritik sosial yang elegan dan indah yang mampu Gus Mus ungkapkan melalui bahasanya yang sederhana dan lugu. Gus Mus juga menggunakan repetisi dalam puisinya yang digunakan dari awal hingga akhir puisi, yaitu pengulangan kata “Selamat idul fitri”, “Maafkanlah kami”, yang digunakan penyair dari awal hingga akhir puisi, memberikan efek tersendiri pula. Yaitu memperdalam rasa bersalah kami-lirik, sekaligus memperkuat ironi sosial yang dikedepankannya.
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair. Seperti pada puisi “Selamat Idul Fitri” ini memiliki beberapa imaji yang diungkapkan oleh penyair untuk pembacanya.
Selamat idul fitri, bumi
Maafkan kami
……

Selamat idul fitri, langit
Maafkanlah kami
………

Imaji Penglihatan
 
Selamat idul fitri, mentari
Maafkanlah kami
…….
 

Selamat idul fitri, laut
Maafkanlah kami
…….

Selamat idul fitri, burung-burung
Maafkanlah kami
………….

Selamat idul fitri, tetumbuhan
Maafkanlah kami
…………
            Citraan juga dapat bersifat persepsi dan mewakili sesuatu yang tidak nampak, seperti yang diungkapkan oleh A Mustofa Bisri dalam puisi “Selamat Idul Fitri” berupa citraan perasaan yang menggambarkan perasaan kami lirik sebagai objek yang sangat merasa bersalah, dan tulus ingin meminta maaf.


Imaji Perasaan
 
Selamat idul fitri, para pemimpin
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak habis-habis
Kami membiarkanmu            

Selamat idul fitri, rakyat
Maafkanlah kami
Selama ini
Imaji Perasaan
 
Tidak sudah-sudah
Kami mempergunakanmu.

………
            Selanjutnya masalah bahasa figuratif (majas), Perrine menyatakan bahwa bahasa figurative dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud oleh penyair karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif  adalah cara menambah intensitas perasaan pada penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.
            Pada puisi “Selamat Idul Fitri” penyair dalam puisinya kita dapat membaca kata bumi, langit, mentari, laut,burung-burung, tetumbuhan dapat juga dibaca sebagai metafor. Dengan cara itu, Mustofa tidak hanya mengacu pada pengertian leksikalnya, tetapi pada pengertian konotatifnya, pada makna kontekstualnya. Maka sebagai hasil kerja kepenyairan puisi “Selamat Idul Fitri” membuka berbagai kemungkinan makna. Dengan kata lain, di sini makna memiliki kemungkinan untuk memperluas cakupan yang dikandungnya. Dalam puisi Mustofa Bisri ini juga dapat kita baca secara personifikasi, karena benda-benda yang digambarkan seperti bumi, langit, mentari, laut seolah-olah bisa berprilaku, berperasaan, dan memiliki perasaan seperti manusia.
Selamat idul fitri, mentari
Maafkanlah kami
Selama ini
Tidak bosan-bosan
Kami mengaburkanmu
Dengan ini Mustofa terlihat gaya pengucapannya tidak berbunga-bunga dan tidak berupaya bercantik-cantik. Tetapi melalui kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa, yang tumbuh dari ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tapi tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. Sebagai penyair, ia bukan penjaga taman kata-kata tetapi penjaga dan pendamba kearifan.
            Kemudian berlanjut pada struktur batin puisi yang dimulai dari tema atau makna dalam puisi “Selamat Idul Fitri” terlihat dengan jelas mempunyai tema “permohonan maaf” terlihat jelas kata “maafkanlah kami” diulang-ulang setiap baitnya sehingga penyair ingin menegaskan ada penyesalan dan permohonan maaf yang sungguh-sungguh.
Selamat idul fitri, bumi
Maafkan kami
……

Selamat idul fitri, langit
Maafkanlah kami
………

Selamat idul fitri, mentari
Maafkanlah kami
…….
            Puisi-puisi Mustofa Bisri seakan-akan memiliki rasa yang sunyi walaupun kita dapat merasakan dimensi sosial yang terkandung hal ini dikarenakan pada awalnya Mustofa Bisri adalah seorang ulama, sehingga pandangan dunianya merefleksikan kesadaran relijiusnya. Dalam konteks ini, hal yang bersifat individual dan sosial merupakan suatu kesatuan yang utuh dalam puisinya, bukan karena dirinya merupakan anggota sosial, tetapi karena Mustofa harus mengekspresikan dirinya secara sosial. Demikianlah ibadah yang personal pun memberikan dampak sosial pada setiap puisinya yang akhirnya terlihat memiliki rasa sunyi.
            Nada dalam puisi ini penyair membuat sikap terhadap pembacanya dengan menggunakan nada memohon. memohon dengan nada yang lembut tidak dengan nada yang keras, sehingga dalam puisi “Selamat Idul Fitri” A Mustofa Bisri mengajak pembaca untuk melihat perlakuan manusia terhadap sekelilingnya yang tak pernah disadarinya.
            Terakhir hal yang saya kaji dalam puisi “Selamat Idul Fitri” adalah amanat. Amanat yang ingin disampaikan oleh penyair dalam puisi ini adalah bagaimana kita lirik sebagai objek tidak hanya memohon maaf pada manusia saja yang sering dilakukan orang pada umumnya, kita juga harus melihat sekeliling kita diluar hal tersebut (bumi, laut, langit dsb) yang tanpa disadari banyak memiliki kesalahan. Maka dari itu kita lirik yang dibuat penyair berubah-ubah objeknya untuk menyampaikan permohonan maafnya. Hal yang kecil yang sering dilupakan seseorang dapat diangkat oleh Mustofa dengan menarik, seperti dalam puisi lainnya sebagai berikut,
Selamat Idul Fitri, mata
Maafkanlah aku selama ini
Kau hanya kugunakan melihat kilau comberan
Selamat Idul fitri telinga
maafkanlah aku, selama ini
Kau hanya kusumpali rongsokan-rongsokan kata
Selamat Idul fitri, mulut
Maafkanlah aku, selama ini
Kau hanya kujejali dan kuumbat muntahan
Onggokan-onggokan kotoran
……………
Sangat tergambar jelas, bahwa Mustofa ingin menyadarkan hati pembacanya untuk lebih jeli melihat hal kecil sekitarnya yang sering dilupakan.




1 komentar:

  1. Lucky Club - Live Casino website | Luckyclub
    Lucky Club is a unique platform and the site is simple to use luckyclub.live and provides a safe and secure gaming environment for all users. The casino is powered by

    BalasHapus