Saya mencoba membandingkan
awalan meng- dalam TBBBI dengan
pendapat awalan Me- dari bapak Djoko Kentjono.
Menurut TBBBI meng- mewakili semua alomorf karena
bentuk meng- terdapat dimuka dasar
yang diawali dari keenam vokal Indonesia dan dengan konsonan /k/, /g/, /h/, /x/
sehingga meng- merupakan bentuk yang paling luas distribusinya. Kita dapat
lihat dari kaidah morfofonemik untuk prefiks meng- yaitu:
- Bentuk meng- tetap
menjadi meng- /m∂η/ jika dasar
dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /∂/, /k/, /g/, /h/, atau /x/,
kecuali fonem /k/ luluh menjadi /η/.
Contoh:
meng- + ambil → mengambil
meng- + ikat →
mengikat
meng- + ukur → mengukur
meng- + eja →
mengeja
meng- + olah →
mengolah
meng- + kasih → mengasih
meng- + ganti → mengganti
meng- + hasut → menghasut
- Bentuk meng- berubah menjadi me- jika dasar dimulai dengan fonem
/l/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /y/, atau /w/.
Contoh:
meng- + lihat → melihat
meng- + makan → memakan
meng- + nikah → menikah
meng- + rayu → merayu
meng- + wajibkan → mewajibkan
meng- + nyatakan → menyatakan
meng- + nganga → menganga
- Bentuk meng- berubah menjadi men- /m∂n/ jika dasar dimulai
dengan fonem /d/ atau /t/, yang perlu diperhatikan pada fonem /t/ pada
kata tanam dan tunduh akan luluh kedalam fonem
/n/.
Contoh:
meng- + duga → menduga
meng- + tanam → menari
meng- + tari → menari
- Bentuk meng- akan berubah menjadi mem- /m∂m/ jika ditambah pada dasar
yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, /f/, yang perlu diperhatikan pada
fonem /p/, dari patuhi dan pakai akan luluh kedalam fonem /m/.
Contoh:
meng- + babat → membabat
meng- + pangkas → memangkas
meng- + fitnah → memfitnah
- Bentuk meng- akan berubah menjadi men-/m∂ñ/ jika ditambah dasar yang
dimulai dengan fonem /c/, /j/, /s/, /Š/, yang perlu diperhatikan pada
fonem /s/ luluh kedalam fonem /ñ/.
Contoh:
meng- + caci → mencaci
meng- + jatuhkan → menjatuhkan
meng- + sadari → menyadari
meng- + syaratkan → mensyaratkan
Sedangkan menurut bapak Djoko
Kentjono bukan meng- yang
distribusinya paling luas, tetapi me-lah
yang paling luas distribusinya. Karena me-
terdapat dimuka dasar yang diawali dengan salah satu dari /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/,
/l/, /r/, /y/, /w/, /p/, /t/, /k/, /s/ dengan catatan bahwa dalam pertemuan
dengan me- /p/, /t/, /k/, /s/
menjadi /m/, /n/, /ŋ/ dan /ñ/. Dan tidak
hanya imbuhan saja yang boleh mempunyai alomorf lebih dari satu, tetapi kata
dasar juga boleh memiliki alomorf lebih dari satu. Kata dasar {pasang},
{tanam}, {kupas}, dan {susun}, mempunyai alomorf /masaŋ/, /nanam/, /ŋupas/,
/ñusun/.
Contoh: me- + potong → memotong
me- + tulis → menulis
me- + kira → mengira
me- + susun → menyusun
Dari dua pandangan diatas
secara objektif saya menilai pendapat bapak Djoko Kentjono terlihat lebih tepat
dari bukti-bukti yang ada. Pertama kaidah morfofonemik yang ditulis dalam TBBBI
tidak sesuai dengan praktik yang ada. TBBBI memberikan contoh pemenggalan kata
me-ngenai (hlm. 18, 200), me-makai (144,279,281), me-nyiksa (385) dari
penggalan kata tersebut TBBBI sudah melanggar kaidah morfofonemik. Seharusnya
jika ia menggunakan kaidah morfofonemik yang berbicara imbuhan memiliki alomorf
lebih dari satu, pemenggalan yang seharusnya dilakukan adalah meng-enai,
mem-akai, meny-iksa. Namun TBBBI tidak menggunakan itu dan itu menunjukan bahwa
semua berawalan me-, bukan meng-, mem-, men-, meny-. Dan hal ini diperkuat beberapa
contoh pemenggalan kata dari KBBI (Edisi IV):
/p/ : me.ma.ku, me.ma.cul, me.ma.dam.kan, me.ma.gar,
me.ma.ku.
/t/ :
me.na.brak, me.na.bur, me.na.han, me.nu.lis, me.nu.ju.
/k/ : me.nga.ba.ri, me.nga.bul.kan, me.nga.cau,
me.nga.il, me.nge.jar.
/s/ :
me.nya.bet, me.nya.lin, me.nyu.dahi, me.nyi.kat, me.nya.ji.kan.
Selanjutnya dalam kaidah morfofonemik
1, 3, 4, dan 5, TBBBI tidak menjelaskan makna “luluh ke dalam”. Makna yang
terdapat dalam KBBI IV tidak ada yang pas untuk “luluh kedalam” ke empat
konteks morfofonemik diatas, kecuali jika terjadi kesalahan cetak dalam kamus
besar itu.
Seperti berikut: meng- + pakai
Berubah menjadi /p/ luluh kedalam fonem /m/
Mem- makai ?
Memmakai atau
/m/ milik bersama dua morfem?
Kemudian dalam pembentukan kata
ulang seperti memukul-mukul, menanam-nanam, mengejar-ngejar, menyapu-nyapu.
Mukul adalah salah satu alomorf {pukul}, nanam adalah salah satu alomorf
{tanam}, ngejar adalah salah satu alomorf dari {kejar}, dan nyapu adalah salah
satu alomorf dari {sapu}. Dari pembentukan kata
ulang di atas terlihat bahwa kata dasar juga boleh memiliki alomorf
lebih dari satu.
Jika fonem /k, p, s, t/ yang luluh menjadi /ng, m, ny, n/, bagaimana dengan kata memprotes dan mengkredit? Apakah /p/ dan /t/ luluh menjadi /mp/ dan /ngk/ ?
BalasHapus